Album Foto Malang Tahun 1919 - 1929

Ditampilkan utk tujuan menambah kecintaan,pengetahuan, perkembangan dan kemajuan bagi masyarakat , utamanya anak cucu. 
Semoga pula tidak ada lagi heritage/pusaka peninggalan jaman dulu baik bangunan , budaya maupun kesenian yg dihilangkan, melainkan dijaga dan dilestarikan.
Jaya kota Malang, NKRI harga mati.

Malang dulu adalah kota yg indah, lenggang dan bernuansa khas pegunungan. Berikut album Malang tempo dulu.
 Diambil dari buku kenang2an yg dipersembahkan oleh anggota DPR Malang utk walikota Malang H.I. Bussemaker, yg bertugas memimpin kota Malang selama 10 tahun, mulai tahun 1919 , dan kemudian diangkat menjadi walikota surabaya tahun 1929.
Dibagian belakang album ini ada tanda tangan H.I Bussemaker.
Pohon beringin besar di alun2 tahun 1929
Balaikota Malang di taman Jan Pieterszoon Coen, Malang 1929.
Mobil Ford depan pavilliun Lapangan Tennis, Malang 1929.
Taman Jan Pieterszoon Coen , Malang 1929.
Kendaraan Dinas Pekerjaan Umum dan Kebersihan , Malang 1929.
Gedung Sekolah HBS dan AMS di taman Jan Pieterszoon Coen , Malang 1929 (sekarang tugu)
Komplek perumahan di jalan Ardjuno , Malang 1929.
Rumah Sakit Militer , Malang 1929.
Sekolah Katolik khusus wanita, Zusters Ursulinen , Malang 1929.
Gedung Tangki Persediaan Air Minum, Malang 1929.
Taman Jan Pieterszoon Coen, Malang 1929.
Pintu Pasar Besar Malang 1929.
Sebuah mobil di depan gedung balaikota Malang 1929.
Van Riebeeckstraat dengan jembatan di atas sungai brantas, Malang 1929.
Sekolah Frateran katolik , Malang 1929.
Kayoe Tangan , Malang 1929
Oro oro Dowo , Malang 1929.
Taman Jan Pieterszoon Coen , dengan asrama katolik untuk murid sekolah menengah, Malang 1929.
Sophia Park , Malang 1929.
Taman Jan Pieterszoon Coen, dengan asrama sekolah katolik , Malang 1929.
Daendels Boulevard, Malang 1929.
Jembatan di atas sungai brantas jalan Maetsuijcker, Malang 1929.
Bangunan Penjara, Malang 1929.
Hotel Palace, Malang 1929.
Wilhemina Park, Malang 1929.
Kajoetangan, Malang 1929.
Neutrale Lagere School , Malang 1929.
Aloon aloon-Lor dengan Concordia Society, gedung UNITAS, dan kantor Java Bank, Malang 1929.


Anda bisa menelusuri beberapa saat ini, dgn mengikuti papan nama asli jalan yg masih dipasang dari acara Malang tempo dulu yg baru lewat.


Jembatan Oro-Oro Dowo Gang 13

Menghubungkan Jaksa Agung Soeprapto 2E dgn Oro2 Dowo gang 13. Jembatan ini tampak mengenaskan saat ini.  Papan2nya banyak yg mulai lepas, berderak, dan wajahnya tambal sulam, bahkan ada yg patah. 
Apesnya lagi, saat jembatan pelor ditutup , jembatan inilah sasaran ratusan kendaraan yg beralih. Saat pelor dibuka saja, jembatan ini sudah padat yg melintas, jadi begitu ditambah ungsian dari pelor langsung tampak antre dan sedikit macet.
Akan sangat sulit menemukan pejalan kaki melewati jembatan ini, kalah oleh puluhan motor yg tiap jam melintasinya.
Saat padat 2 arah , goyangan jembatan ini sangat terasa, cukup mengkhawatirkan.
Meski beberapa kali diperbaiki, terakhir oleh pemerintah jika tidak salah, sama seperti sebelumnya hanya bertahan 2-3 bulan setelah itu balik lagi kondisinya tambal sulam swadaya masyarakat. 
Nasib kotak sumbangan juga tak kalah prihatin, mirip pajangan jalan, jarang diisi yg melintas , kebanyakan dilihat saja, mungkin banyak yg berpikir cuma lewat sebentar saja.
Saya melewati jembatan ini saat mancal sepeda, itu saja terasa sangat tidak ramah.
Semoga yg lewat banyak yg menyumbang, setelah itu sebaiknya tidak sering2 melewatinya, atau mengambil jalan raya saja sbg rute.  Menurut saya sudah overload kapasitasnya buat sehari2.
Banyak yg bisa membeli kendaraan bagus, sayang tidak dibareng mental bagus memilikinya

Jembatan Kintamani

Jembatan in terletak di jalan Kintamani, dekat dgn dam kadalpang.
Nasib jembatan ini sedikit lebih baik, karena jaraknya yg tidak terlalu panjang, dan jarang dilewati umum.
Dibanding jembatan pelor dan jembatan oro2 dowo gang 9, keduanya mengalami kerusakan yg terus menerus semakin parah meski sehabis diperbaiki. Bahkan goyang dan kayu2nya pecah
Tidak lain tidak bukan, karena volume kendaraan yg lewat bertambah padat, dan banyak yg melebihi muatan.
Saya pribadi kurang setuju mengenai diperbolehkannya kendaraan , motor utamanya melewati jembatan. Meski aturan turun dari kendaraan diterapkan pada tiap jembatan gantung, konsep jembatan gantung lebih pas diterapkan utk dilewati orang saja.
Diperbaiki berapa kalipun, selama kendaraan diperbolehkan lewat, hasilnya akan sama saja, cepat rusak.
Saking kasihannya, saya sudah 5thn ini tidak mau lewat jembatan pelor, sedang jembatan oro2 dowo saya lewati saat mancal sepeda saja. Kondisi mendesak, saya memilih lewat kintamani atau jalan besar.
Pelor, selain saya prihatin dgn kondisinya, saya kasihan dgn warga sekitarnya yg 'kebrebekan' suara ratusan motor tiaphari, apalagi yg lewat pelor byk yg ugal2an. Kasihan sekali nasibnya, jembatan itu dulu megah di tahun 80-90an, jadi arena panjat tebing tiang2nya





Jembatan Tembalangan

Terletak di jalan cendana bawah. Jembatan ini sedang dalam perbaikan swadaya masyarakat melalui Jawapos dan dibantu UB.
Terhubung ke jalan Mayjen Panjaitan. Turunan menuju jembatan ini agak seram dibanding jembatan2 yg lain
Tampak Proses perbaikan pemasangan rangka baja